Mengejar Ridha dan Rahmat Allah dengan Hati yang Tulus Tanpa Mengharapkan Pahala
Kita bisa mengujinya dengan satu pertanyaan. Jika pahala & dosa tak ada apakah kamu masih akan tunduk pada aturan Tuhan, masih hidup harmonis dengan semua mahluk, masih melayani sesama? Pertanyaan yang sungguh sederhana bukan, tapi sangat esensil.
Ada 3 golongan besar manusia di Bumi ini.
Pertama adalah orang yang mematuhi aturan Tuhan karena mengejar pahala. Mereka menjalankan ritual, berbuat baik pada sesama demi pahala. Kelompok kedua adalah orang yang mematuhi aturan Tuhan karena takut dengan dosa. Mereka takut dengan kengerian siksa neraka bagi siapa-siapa yang membangkang pada Tuhan. Akhirnya mereka dengan terpaksa mematuhi aturan-aturan Tuhan dan melayani sesama.
Dari 2 kelompok manusia ini tampak masih ada ego yang tinggi, demi kepentingan sendiri. Ironisnya, di planet ini, meskipun manusia sudah diiming-imingi dengan pahala serta diancam dengan dosa, semakin banyak manusia menyakiti alam, Bumi tempat tinggalnya, manusia lain, bahkan dirinya sendiri. Polusi di tanah, air, udara, juga di tingkat ether dari pikiran dan emosi negatif manusia. Penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, anarki, kompetisi, penipuan, diskriminasi, ketidakpedulian. Bahkan manusia Bumi bersuka ria atas semua itu. Ini sungguh memilukan :-(.
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mematuhi aturan Allah, hidup harmonis, melayani sesama dari hatinya. Semua yang mereka lakukan adalah buah ketulusan, bukan karena pahala & dosa. Mereka melakukannya demi kepentingan bersama. Kelompok terakhir inilah yang disebut dengan manusia yang tulus menyerahkan jiwa dan raganya untuk Allah SWT. Dalam hatinya ada keyakinan bahwa jika mereka melayani sesama, mereka akan dilayani, jika mereka menyakiti, mereka akan disakiti, itu sudah jadi ketetapan Tuhan, prinsip dasar, karma, tak perlu iming-iming pahala atau ancaman dosa.
Dari penjelasan singkat diatas kita bisa menyimpulkan bahwa menjadi Ketulusan Hati untuk Allah berada di level lebih tinggi. Jika pertanyaan yang tadi kita lontarkan pada setiap kelompok manusia di atas, maka kita akan bisa menerka bahwa kelompok orang ketiga, akan bisa menjawab dengan yakin, teguh & lantang bahwa meskipun pahala & dosa tak ada mereka akan senantiasa hidup menaati aturan Tuhan, harmonis dengan seluruh mahluk dan melayani sesama.
Sodara/iku pertanyaan yang saya paparkan diatas bagus untuk dilontarkan pada diri kita masing-masing, supaya kita tahu seberapa Tuluskah hati kita kepada Allah SWT, biarlah jiwa kita yang menjawabnya. Jika pahala & dosa tak ada, masihkah kita mematuhi aturan Tuhan, hidup harmonis dengan semua mahluk dan hidup untuk melayani sesama?
Ada 3 golongan besar manusia di Bumi ini.
Pertama adalah orang yang mematuhi aturan Tuhan karena mengejar pahala. Mereka menjalankan ritual, berbuat baik pada sesama demi pahala. Kelompok kedua adalah orang yang mematuhi aturan Tuhan karena takut dengan dosa. Mereka takut dengan kengerian siksa neraka bagi siapa-siapa yang membangkang pada Tuhan. Akhirnya mereka dengan terpaksa mematuhi aturan-aturan Tuhan dan melayani sesama.
Dari 2 kelompok manusia ini tampak masih ada ego yang tinggi, demi kepentingan sendiri. Ironisnya, di planet ini, meskipun manusia sudah diiming-imingi dengan pahala serta diancam dengan dosa, semakin banyak manusia menyakiti alam, Bumi tempat tinggalnya, manusia lain, bahkan dirinya sendiri. Polusi di tanah, air, udara, juga di tingkat ether dari pikiran dan emosi negatif manusia. Penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, anarki, kompetisi, penipuan, diskriminasi, ketidakpedulian. Bahkan manusia Bumi bersuka ria atas semua itu. Ini sungguh memilukan :-(.
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mematuhi aturan Allah, hidup harmonis, melayani sesama dari hatinya. Semua yang mereka lakukan adalah buah ketulusan, bukan karena pahala & dosa. Mereka melakukannya demi kepentingan bersama. Kelompok terakhir inilah yang disebut dengan manusia yang tulus menyerahkan jiwa dan raganya untuk Allah SWT. Dalam hatinya ada keyakinan bahwa jika mereka melayani sesama, mereka akan dilayani, jika mereka menyakiti, mereka akan disakiti, itu sudah jadi ketetapan Tuhan, prinsip dasar, karma, tak perlu iming-iming pahala atau ancaman dosa.
Dari penjelasan singkat diatas kita bisa menyimpulkan bahwa menjadi Ketulusan Hati untuk Allah berada di level lebih tinggi. Jika pertanyaan yang tadi kita lontarkan pada setiap kelompok manusia di atas, maka kita akan bisa menerka bahwa kelompok orang ketiga, akan bisa menjawab dengan yakin, teguh & lantang bahwa meskipun pahala & dosa tak ada mereka akan senantiasa hidup menaati aturan Tuhan, harmonis dengan seluruh mahluk dan melayani sesama.
Sodara/iku pertanyaan yang saya paparkan diatas bagus untuk dilontarkan pada diri kita masing-masing, supaya kita tahu seberapa Tuluskah hati kita kepada Allah SWT, biarlah jiwa kita yang menjawabnya. Jika pahala & dosa tak ada, masihkah kita mematuhi aturan Tuhan, hidup harmonis dengan semua mahluk dan hidup untuk melayani sesama?
0 comments:
Posting Komentar